Senin, 04 Mei 2015

Tuhan, Aku Ingin Dia. Boleh Kan?



@ikhsanyaqub 

Waktu itu aku menjalani hariku dengan biasa. Kopi, rokok, korek, buku, gadget, ngobrol, diskusi, ceng-cengan, dan sesekali diam. Tapi senja memang selalu menyimpan makna khas-nya sendiri. Karena senja itu aku bertemu dengannya; dengan dia yang selalu aku samarkan namanya menjadi "bintang". Dan ternyata memang betul bahwa dia itu bintang. Pandanganku saat itu selalu mencari rupanya, dan sesekali dia pun mencariku, sampai akhirnya pencarian kami bertemu. Ah, malu sekali aku waktu itu.

Tuhan, aku suka padanya. Ini tentang kamuflase seorang laki-laki dewasa. Saat itu aku memang melihatnya dengan mata. Wajahnya cantik, manis pula. Sifatnya lembut, tuturnya halus. Mentalnya kuat, mungkin juga tegar. Aku suka itu. Tapi apakah aku salah, wahai? Bukankah mata ini juga alat pemberian-Mu agar aku dapat menilai? 

Tuhan, aku cinta dia. Ini tentang perjalanan seorang laki-laki dewasa. Seolah tiada pandangan yang lebih estetis melainkan senyumnya, dan tiada suara yang lebih puitis melainkan tawanya. Jika merindunya adalah dosa, maka biarlah setiap detik kutabung jalan menuju siksa-Mu, Tuhan! Sungguh, tiada hantu atau ujian manapun yang lebih menakutkan melainkan cinta. 

Tuhan aku sayang dia. Saat ini aku selalu digentayanginya. Seolah ada mahluk kecil membawa palu yang memartil jantungku setiap kali meruang dengannya. Ya ampun, ini terjadi lagi. Aku khawatir, apakah cinta akan baik-baik saja jika tanpa kehadirannya? Dia adalah harapan yang saat ini selalu aku semogakan! 

Tuhan, aku pun tak ingin memaksanya, tapi bukan berarti aku akan membiarkannya. Entah mengapa, kali ini aku merasa begitu percaya diri. Padahal (terlalu) kenal saja belum. Tapi wahai, bukankah cinta memang tak ada hubungannya dengan "kenal"? Manusia mana yang betul-betul kenal manusia lainnya? Lagipula aku pun tak sepenuhnya "kenal" siapa diriku. 

Tuhan, aku pasrah pada-Mu. Apa yang akan terjadi, terjadilah. Apa yang akan mekar, mekarlah. Dan apa yang harus jatuh, jatuhkanlah. Konsekwensinya, oh? tentu saja aku siap! Tapi kukatakan sekali lagi: 

Tuhan, aku ingin dia. Boleh kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar