Kamis, 23 Januari 2014

Sudah

@ikhsanyaqub
Kugambar senyummu pada hening kertas di jalan usia yang semakin terkelupas takdirnya. Seketika aku membayangkan ganasnya kehangatan yang turun dari sekeliur rambutmu. Harum nafasmu membangunkan kesedihan Majnun di pucuk teka-teki zaman.

Cinta yang selalu sangsi kubaca kebenarannya, bahwa kau lah tulang rusukku? Kau serupa sajak di mata pena yang menyihir kesetiaan penulisnya sendiri, di saat aku ingin menyelipkan bunga di jantungmu, sembari menemanimu serupa gerimis yang saling memberikan kesetiaan pada rerumputan, pada bebatuan tanpa ada perjanjian sebelumnya.
Aku pun sama sayang, bahkan lebih dari itu! Jika mesti kau ingin tahu panjangnya aksara namamu yang selalu kujadikan wiridan sukma, baik yang kutulis pada kertas-kertas yang lupa aku menyimpannya, atau yang masih ada. Waktupun takkan pernah cukup mengukurnya, hari pun takkan pernah mampu mengkajinya, dan semesta pun takkan pernah mampu menampungnya.
Karena cintaku padamu serupa sajak tanpa takdir yang mengalir mengikuti arus ketenangannya sendiri. Tapi hari ini sayang, disaksikan matahari yang menguliti tubuhku, jika bukan aku, maka aku pesankan rasa sayangku pada suamimu kelak.
Pun pada rumput-rumput liar, pada kerikil, dan pada aroma tanah yang wanginya menusuk saat kemarau tiba. Semoga kau bahagia, sekalipun sakit dan luka terasa. tetaplah menjadi bintang di langit sayang. Suatu saat, aku pun akan tumbuh~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar